Peringatan Nuzulul Qur’an 1431 Hijriyah yang dilangsungkan di Masjid Agung Sultan Sulaiman Tenggarong, Kamis (26/8) malam lalu berlangsung cukup khusu’. Dengan menghadirkan penceramah Drs KH Azhar MPdi asal Samarinda, dan Qori Internasional Ustadz Ahmad Muhajir asal Jakarta yang melantunkan ayat suci Al Qur'an selama 1 jam lebih menambah suasana peringatan Nuzulu Qur’an memiliki warna berbeda.
Dalam acara peringatan Nuzulul Qur’an itu dihadiri Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari,S.Sos,MM dan Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, dan sejumlah pejabat serta umat muslim di Kota Raja Tenggarong.
Rita Widyasari dalam kesempatan itu mengungkapkan, salah satu budaya disetiap bulan ramadhan, selain dilaksanakan safari ramadan juga dilaksakanakan peringatan Nuzulul Qur’an baik oleh instansi pemerintah maupun non pemerintah.
“Hikmah positif adalah terjadinya momentum umat dalam melaksanakan silaturahmi dengan bersama dan terus berlanjut hingga memasuki 1 Syawal. Nantinya momentum ini sulit untuk kita temukan pada bulan-bulan selain ramadhan,” katanya.
Menurut Rita, Nuzulul Qur’an ini sangat berkesan bagi pribadinya, sebagaimana dalam kesempatan safari ramadhan yang dilakukannya menyatakan jabatan Bupati adalah produk politik dalam pelaksanaan Pilkada, tentunya meninggalkan jejak rekam politk berupa gesekan, silang pendapatan. Mediasi ramadhan bisa mencairkan semua jurang perbedaan dan menghapus dissingkronisasi sesama kita, maaf Allah SWT sangat luas.
“Kukar memiliki interaksi sosial dengan dinamika sendiri. Kabupaten ini telah mengalami sejarah pasang surut, jatuh bangun yang telah dijalankan oleh para pemimpin pendahulu kita. Namun yang harus diyakini apapun fuktasi sejarah yang dihadapi, tidaklah bermakna tanpa keindahan kebersamaan didalamnya.” ungkapnya.
Rita mengaku kalau pada hari itu adalah 56 hari masa kerja dirinya sebagai Bupati, tentunya masih banyak hal yang belum dilakukan sekaligus tanggungjawab untuk menjawab PR (Pekerjaan Rumah) yang telah menanti. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, tapi yakin pasti bisa.
”Bisa melakukan untuk itu saya butuh dukungan dan kerjasama seluruh pihak dan stake holders dalam menjalankan amanah ini. Gerbang Raja atau Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera, sebagai lokomotif pembangunan bagi Kukar mungkin bukanlah simbolisasi pembangunan yang sempurna tapi satu alasan bagi saya sama-sama bagaimana kesejahteraan Kukar bisa tercapai,”tandasnya.***
Dalam acara peringatan Nuzulul Qur’an itu dihadiri Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari,S.Sos,MM dan Wakil Bupati Kukar HM Ghufron Yusuf, dan sejumlah pejabat serta umat muslim di Kota Raja Tenggarong.
Rita Widyasari dalam kesempatan itu mengungkapkan, salah satu budaya disetiap bulan ramadhan, selain dilaksanakan safari ramadan juga dilaksakanakan peringatan Nuzulul Qur’an baik oleh instansi pemerintah maupun non pemerintah.
“Hikmah positif adalah terjadinya momentum umat dalam melaksanakan silaturahmi dengan bersama dan terus berlanjut hingga memasuki 1 Syawal. Nantinya momentum ini sulit untuk kita temukan pada bulan-bulan selain ramadhan,” katanya.
Menurut Rita, Nuzulul Qur’an ini sangat berkesan bagi pribadinya, sebagaimana dalam kesempatan safari ramadhan yang dilakukannya menyatakan jabatan Bupati adalah produk politik dalam pelaksanaan Pilkada, tentunya meninggalkan jejak rekam politk berupa gesekan, silang pendapatan. Mediasi ramadhan bisa mencairkan semua jurang perbedaan dan menghapus dissingkronisasi sesama kita, maaf Allah SWT sangat luas.
“Kukar memiliki interaksi sosial dengan dinamika sendiri. Kabupaten ini telah mengalami sejarah pasang surut, jatuh bangun yang telah dijalankan oleh para pemimpin pendahulu kita. Namun yang harus diyakini apapun fuktasi sejarah yang dihadapi, tidaklah bermakna tanpa keindahan kebersamaan didalamnya.” ungkapnya.
Rita mengaku kalau pada hari itu adalah 56 hari masa kerja dirinya sebagai Bupati, tentunya masih banyak hal yang belum dilakukan sekaligus tanggungjawab untuk menjawab PR (Pekerjaan Rumah) yang telah menanti. Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, tapi yakin pasti bisa.
”Bisa melakukan untuk itu saya butuh dukungan dan kerjasama seluruh pihak dan stake holders dalam menjalankan amanah ini. Gerbang Raja atau Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera, sebagai lokomotif pembangunan bagi Kukar mungkin bukanlah simbolisasi pembangunan yang sempurna tapi satu alasan bagi saya sama-sama bagaimana kesejahteraan Kukar bisa tercapai,”tandasnya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar