"Saya Bukan Pemimpin Karbitan"
Banyak pengamat politik yang salah dalam memprediksikan Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah) Kabupaten Kutai Kartanegara beberapa waktu lalu. Sebagian besar pengamat menilai akan ada putaran kedua dalam pemilihan Bupati Kukar periode 2010-2015. Namun anggapan itu pudar 2 jam pasca pencoblosan dimulai, dimana Lembaga Survey Indonesia (LSI) sudah melansir hasil akhir perebutan "puncak pimpinan" Kabupaten Kukar.
Tentu saja semua terfokus kepada sang calon Bupati perempuan satu-satunya diantara 6 pasang calon tersebut yang berhasil mengumpulkan suara terbanyak. Dialah Rita Widyasari, salah satu putri dari mantan Bupati Kutai Kartanegara yang populer H Syaukani HR, meski saat ini beliau sedang sakit dan masih tersandung masalah hukum.
Pertanyaannya apakah suksesnya Rita mendompleng nama besar sang ayah, apakah dia tokoh karbitan?
Dalam laporan khusus ini, redaksi majalah BeRITA akan membeberkan segala sesuatu tentang Rita Widyasari. Saat didatangi dirumahnya dia selalu bercanda dan tertawa ramah dengan wartawan. Dan cerita pun dimulai;
"SAYA lahir di rumah Jalan Mawar Tenggarong. Saya merasa Kutai banget, dan saya tidak bisa berbahasa Banjar dan Makasar meski darah saya ada sedikit mengalir suku tersebut," ujarnya mengawali ceritanya pada majalah BeRITA. "Ibu saya Kutai asli dan bapak saya ada turunan Banjar dan Makasar tapi bapak terlahir di Tenggarong juga. Saya cuma taunya bahasa Kutai," tambahnya pula.
Dalam hal berkompetisi, bagi Rita bukan hal yang biasa. Semenjak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Rita Widyasari kerap mengikuti berbagai kompetisi baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hasilnya Rita sering menjuarai berbagai perlombaan, bahkan tercatat pula sebagai siswa yang cerdas karena sering meraih juara di sekolah.
“Sejak SD hingga SMP saya bersekolah di Tenggarong. Semasa SMA saya bersekolah di Samarinda, kemudian meneruskan kuliah S1 di Bandung. Pendidikan S2 di UNSOED dengan predikat lulusan terbaik, cumloude,” ungkapnya.
Sebelum terjun di dunia politik, usai menyelesaikan studi S1-nya, Rita Widyasari kembali ke Tenggarong dan meneruskan kegiatannya dengan membuka usaha dibidang pendidikan keterampilan bernama Ketopong College, sebuah pendidikan keterampilan kursus Bahasa Inggris dan membuka usaha Salon Kecantikan.
“Saya benar-benar mengawalinya dari nol dan saya tidak segan untuk menangganinya secara langsung. Seperti di salon, saya sendiri menata ruangannya, bahkan saya sendiri mengikuti kegiatan kursus potong rambut dan merias hingga ke Singapura dan Shanghai China. Saya bila melakukan sesuatu pekerjaan pasti totalitas. Kursus bahasa Inggris pun kami tingkatkan terus sampai D3 dan sekarang menjadi STIE,” jelas Rita.
TERJUN KE POLITIK
Masuk ke dunia politik diawalinya saat H Syaukani HR (ayahanda Rita) mencalonkan diri jadi Bupati Kukar untuk kedua kalinya. Karena ingin menggenal dunia politik secara luas, Rita pun dengan total berkecimpung didalamnya.
“Saya tidak ingin tinggal diam. Selain ingin menerjuni dunia politik secara total, saya pun ingin bapak menang,” tegasnya.
Dalam proses pembelajaran politik itu dan sekaligus mendukung kesuksesan ayahandanya, Rita pun mendirikan tim sukses yang dia beri nama Baca PS2 (Barisan Cantik Pendukung Syaukani – Samsuri) yang keanggotaanya kaum wanita dan kaum waria. “Menjadi leader bagi kaum wanita dan waria ternyata nggak mudah tapi disini saya harus kembali belajar,” kenangnya.
Dalam kampanyenya mendukung H Syaukani HR, Rita harus pula berkeliling ke-18 kecamatan dan ratusan desa di Kukar. Bahkan kampanye yang dilakukannya tergolong cukup unik, dimana Rita dan timnya Baca PS2 melakukan pendekatan pada masyarakat Kukar dengan menggelar demo kecantikan dan memotong rambut secara gratis. Bahkan ini dia lakukan sendiri.
Ibarat pepatah, “siapa yang menui benih, maka dia pula yang harus memetik hasilnya”. Karena pendekatan pada masyarakat yang dia lakukan, pada akhirnya Rita pun semakin dikenal akrab oleh seluruh rakyat Kukar dan secara perlahan namanya semakin mengakar di masyarakat.
“Menjadi leader bagi kaum perempuan dan waria itu tidak mudah, tapi disini saya harus kembali belajar”
PILIHAN SULIT
Pada masa perjalanan karirnya semakin cemerlang, Rita Widyasari pernah di hadapkan dalam sebuah pilihan yang sulit. Kala itu ayahandanya terpilih kembali menjadi Bupati Kukar untuk yang kedua kalinya. Dan Rita pun mendapat dukungan dari berbagai organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan untuk maju menjadi Ketua KNPI Kukar. Sebuah peluang bagus dalam mengawali karirnya dalam dunia organisasi dan politik.
Saat menanyakan adanya kesempatan untuk maju menjadi Ketua Umum DPD KNPI Kukar saat itu, sang ayah H Syaukani HR pun menantang keras dan melarangnya untuk maju di pemilihan Ketua KNPI Kukar.
“Sungguh pilihan sulit bagi saya kala itu. Aku masih ingat apa yang dikatakan bapak saat itu. ‘Aku masih menjabat apa kata orang nanti’. Saat itu saya masih menjabat sebagai Wakil Bendahara KNPI Kukar. Apa kata bapak akhirnya saya turuti. Tapi tidak bagi ibu dan suami saya, mereka memaksa bapak untuk mengijinkan saya mengikuti pemilihan bursa Ketum KNPI,” kenang Rita.
Meskipun pada akhirnya Pak Syaukani luluh dan menerima alasannya Rita untuk mengikuti pemilihan Ketua KNPI Kukar, namun Syaukani dengan tegas mengatakan kalau dirinya tidak akan membantu apa-apa dan meminta Rita untuk berjuang sendiri kalau ingin meraih mimpinya menjadi Ketua KNPI Kukar.
“Saya senang karena bisa terpilih secara aklamasi. Tidak ada terbersit sama sekali tentang kemudian saya akan menjadi apa-apa kedepannya. Saya hanya senang bisa memimpin di wadah yang resmi di akui pemerintah. Lantas saya pun bilang ke bapak, kalau saya bersama pemuda lainnya di Kukar akan mengawasi pembangunan di kabupaten ini,” paparnya.
“Sungguh pilihan yang sulit bagi saya kala itu. Aku masih ingat apa yang dikatakan bapak saat itu. Aku masih menjabat apa kata orang nanti”
PERJALANAN KARIR POLITIK
Saat duduk di KNPI dan mulai bergaul dengan kawan-kawan di DPRD, Rita pun mulai menyukai diskusi dimana hal itu semakin membuka wawasan berpolitiknya, termasuk keinginan besarnya untuk ikut membangun dan membenahi Kukar. Langkah pertama yang dilakukan dengan melakukan perubahan di tubuh KNPI, salah satu kegiatannya melakukan safari ramadhan di 18 kecamatan. Dimana melalui moment itu, Rita berupaya mendekatkan diri dengan masyarakat. Dan ingin mengetahui secara langsung masalah yang dihadapi masyarakat. “Saya mengawali kegiatan seperti itu sekitar tahun 2005”, ujarnya.
Hingga suatu ketika terjadi perubahan besar di tubuh Golkar Kukar, tepat dimana saat Pak Syaukani HR tersandung masalah hukum. Rita pun terpilih menjadi Ketua Harian Partai Golkar Kukar.
“Kala itu tak ada pula niat saya untuk mencalonkan diri menjadi Ketua Harian Golkar. Saya berani bersumpah, bahkan saya meminta Pak Yahya Salman yang menjadi Ketua Harian saat itu. Namun siapa yang menyangka kalau akhirnya kawan-kawan tidak memilih Pak Yahya melainkan saya,”kenangnya kembali.
Rita mengakui kalau saat itu dirinya sempat bingung dengan langkah yang harus dia ambil, mengingat masa itu di tubuh Partai Golkar Kukar terjadi pengkotak-kotakan. Belum selesai mengatasi masalah yang terjadi di tubuh Golkar Kukar, Ketua Umum Partai Golkar Kukar H Samsuri Aspar kembali tersandung masalah hukum hingga terjadi Musdalub Golkar.
“Kembali saya harus bertarung dengan Ketua DPRD Kukar yang aktif saat itu Rahmat Santoso, namun dukungan berpihak pada saya dan berhasil memenanginya secara mutlak,”terangnya.
Kemenangan yang diraih, mulai jadi Ketua Harian, hingga menjadi Ketua Umum DPD Partai Golkar Kukar bukan lantas membuat putri H Syaukani HR itu lantas gembira, sebaliknya Rita justru merasa ada sebuah tanggung jawab moral yang besar terhadap partai yang kini dia pimpin.
“Saya benar-benar harus bekerja lebih ekstra lagi untuk membesarkan Partai Golkar, terlebih saat itu berlangsungnya masa Pemilu Legislatif. Kali ini kembali saya harus turun langsung ke masyarakat, melakukan berbagai kegiatan sosial, melakukan pelantikan kepengurusan pada tingkat kecamatan, apa lagi saat itu saya tidak memiliki cukup dana, belum lagi saya harus konsen ke urusan kasus yang tengah bapak saya hadapi, benar-benar perjalanan sulit. Meski tertatih-tatih akhirnya Partai Golkar Kukar pun berhasil unggul dibanding partai lainnya dalam Pemilu Legislatif,” paparnya.
Karena perolehan kursi di DPRD, Partai Golkar Kukar mendapatkan suara terbanyak, maka secara ototamis pula jabatan Ketua DPRD Kukar harus di pimpin oleh Partai Golkar. Disini kembali Rita Widyasari di pilih menjadi Ketua DPRD Kukar 2009-2014.
Tak lama berselang setelah duduk menjabat Ketua DPRD Kukar, Rita Widyasari kembali diminta untuk memimpin KONI Kukar. Meskipun sempat menolak untuk jabatan Ketua KONI Kukar, namun karena semua pengcab meminta dirinya memimpin induk organisasi olahraga di daerah ini akhirnya permintaan itu pun dia terima.
“Jujur, air mata saya mengalir deras mendapat kepercayaan tersebut karena saya bukan lagi anak Syaukani sang bupati tapi saat itu anak Syaukani yang sedang disandung kasus hukum. Tapi semua masih percaya kepada saya. Ini anugerah yang sungguh luar biasa,” ungkapnya.
“Saya benar-benar harus bekerja lebih ekstra lagi untuk membesarkan Partai Golkar Kukar”
COBAAN TERBERAT
Sekalipun Rita adalah Ketua Partai Golkar Kukar, Ketua DPRD Kukar, Ketua KONI Kukar bahkan calon Bupati Kukar Terpilih, Rita Widyasari tetaplah seorang wanita yang memiliki perasaan dan kepekaan terhadap cobaan-cobaan yang dia hadapi.
“Siapa bilang saya selalu kuat menghadapi cobaan hinaan dan teror. Saya pernah kabur dari rumah hanya untuk pergi ke masjid seharian minta petunjuk dan kekuatan. Didalam masjid di Jakarta saya menangis sekuat-kuatnya. Saya yakin Allah SWT tidak tidur, dan yakin akan mendengar doa saya. Saya cuma minta bapak saya disembuhkan dan nama baiknya dipulih kembali,”ungkapnya.
Demi kesembuhan sang ayah, Rita pernah pula mengajukan permohonan agar bisa diobati di Singapura. Bahkan ia juga pernah sampai tak mandi hanya karena berurusan dengan para Menteri untuk mengajukan permohonan agar Pak Syaukani bisa melakukan pengobatan ke Luar Negeri.
“Saya harus bangkit dan menggemban amanah yang sangat berat. Terlebih saat bapak jatuh sakit, saya sempat depresi karena tak tega melihat bapak hidup dengan selang infus. Tapi saat terpilih menjadi Ketua DPRD Kukar, semangat saya berkobar. Saya merasa bapak ada didepan saya membela saya. Saya melihat bapak dan ibu saya tersenyum,”terangnya.
“Saya pernah kabur dari rumah hanya untuk pergi ke masjid seharian minta petunjuk dan kekuatan. Saya cuma minta bapak saya disembuhkan”
PUNCAK KEJAYAAN DI KUKAR
Genderang Pemilukada di Kukar ditabuh, diusung Partai Golkar, serta dukungan dari partai-partai besar lainnya, Rita Widyasari pun mencalonkan diri menjadi Calon Bupati Kukar berpasangan HM Ghufron Yusuf. Berbagai serangan dan hasutan harus Rita hadapi dengan tenang dan lapang dada.
Banyak yang menganggap kalau dirinya masih anak kemarin sore dan belum tahu apapun soal kepemimpinan, terutama oleh orang-orang yang tidak mengenal sepak terjang Rita di kancah politik.
“Saya santai saja menghadapi Pemilukada ini, karena saya merasa masyarakat mengenal dengan baik siapa saya. Saya pun tidak pernah gentar dengan black campaign yang disebarkan oleh lawan politik dalam memperebutkan jabatan Bupati Kukar ini. Saya yakin dan merasa kalau saya sudah berada diposisi yang benar. Saya berterima kasih akhirnya semua terjawab,” kata Rita.
Allah SWT memang Maha Mendengar, Maha Adil dan Penyayang. Allah SWT tidak akan pernah hamba-Nya terus dirundung penderitaan dan air mata.
“Saya merasa Allah SWT telah mengangkat derajat saya lebih tinggi melalui hasil yang telah saya capai ini. Bapak saya dalam setengah sadarnya pun tersenyum. Dan saya hanya ingin menegaskan, kalau saya bukan tokoh karbitan, saya lahir dan besar dalam lingkungan yang suka berdiskusi. Saya banyak belajar dari masyarakat, saya datang ke masyarakat dan membantu masyarakat. Saya lebih suka membantu masyarakat dengan mengetuk pintunya dibanding menunggu mereka yang datang mengetuk pintu rumah saya. Saya senang membantu ke rumah sakit setiap bulannya. Saya terlahir memang untuk mengabdi dan saya ingin semua masyarakat menerima saya”, pungkasnya.***
“Saya pun tidak pernah gentar dengan black campaign yang disebarkan oleh lawan politik dalam memperebutkan jabatan Bupati Kukar. Saya berterima kasih akhirnya semua terjawab”